Namaku Alexa Syezha Harefa. Panggil aku Alexa ya! Aku sekolah di Bluish Elementary School yang elit. Beruntung, aku mendapat beasiswa.
Aku punya teman sekelas. Namanya Sandra. Dia sangat sombong karena dia kaya. Dia juga sering pamer karena Ayah dan Ibunya punya perusahaan dan setiap minggu selalu pulang dari luar negeri. Aku malah prihatin dengan Sandra. Berarti, dia kurang perhatian oleh orangtuanya jika berpergian setiap minggu?
Hari ini, kami dibuat keki oleh Sandra. Sandra membawa coklat dari Belgia.
"Ini asli Belgia! Harganya mahal! Di dalamnya ada yang crispy, ada yang kayak wafer, dan banyak deh!" kata Sandra.
"Waw ... orangtuamu menghabiskan berapa juta untuk mendapatkannya San?" tanya Veranda kagum.
"Ya pastinya berjuta-juta! Dad membeli coklat besar dan paling mahal. Seharga dua puluh lima juta. Mom membeli coklat seharga dua puluh dua juta. Itu coklat termahal dan terenak! Mom dan Dad mengambil sepuluh kardus coklat itu. Dad dan Mom membeli dua puluh lima juta ujntuk satu kardus coklat besar. Itu hanya untukku!" kata Sandra.
Ckckck, mahal dan boros sekali hanya untuk coklat! kenapa Sandra tidak membeli saja laptop dan Wi-Fii? Paling untuk buka internet mencari pengetahuan atau kamus. decakku kagum sekaligus kesal karena borosnya Sandra.
"Oya Sandra? Jangankan dua puluh lima atau dua puluh dua juta, seratus ribu pun harga satu coklat, mamaku tak akan membelikannya!" ungkap Yuna.
"Ya, karena kalian tidak akan bisa membeli barang-barang semewah dan semahal milikku." kata Sandra. Tiba-tiba, muncul Hillary, anak bule tapi tidak pernah sombong. Sebenarnya, Hillary kaya. Dia sahabatku, tapi, dia tidak mau mengumbar kekayaannya seperti halnya Sandra.
"Hai semuanya!" sapa Hillary dengan rambut coklat tuanya yang digerai dan bagian bawahnya digulung.
"Hai!" balas semuanya. Sandra merengut. Perhatian semua beralih ke Hillary.
"Teman-teman, aku membawa cupcake buatan bundaku. Semuanya aku kasih ke kalian!" semua grasak-grusuk memilih cupcake. aku memilih cupcake stroberi.
"Halo Sandra, kamu mau cupcake apa? Aku akan menyediakan satu cupcake atau bahkan lebih untukmu," ucap Hillary.
Sandra terdiam. Mukanya merah padam karena tak berhasil mencuri perhatian dengan coklat belgia.
"Dengar, Sok Bule!" gertaknya. Hillary terperanjat.
"Dengar ya! Aku sangat sebal denganmu yang bisanya menggangguku saja! Seandainya kamu tak bersekolah dan kamu itu bukan anak bule, aku bisa menguncimu di kamar mandi tau!" gertak Sandra.
Hillary terperanjat. Butiran air mata bening keluar dari pelupuk matanya.
"Hillary!" teriakku.
Hillary terdiam lagi memandangka. Sedetik kemudian, dia menangis. Sandra pergi begitu saja.
"Usap air matamu Hillary. Dia tidak berkata betul-betul. Kamu tidak sok dan dia tidak akan menguncimu di kamar mandi. Tenang saja ya!" hiburku.
"Tapi, kalau perkataannya benar-benar tidak main-main bagaimana?" tanya Hillary. 'Hiks ..."
"Tenang saja, aku akan selalu bersamamu Hillary," aku memegang jari kelingkingnya.
"Janji! Hillary dan Alexa, tidak akan berpisah dan tidak akan terpisahkan," kataku. Hillary tersenyum. Air matanya tak lagi keluar.
"Hillary! Kamu tidak apa-apa kan?" berturut-turut datang Bebby, Achan, Shavila, dan Frieska.
"Tidak apa-apa Kawan," jawab Hillary.
Tidak ada yang mau menegur atau bermain dengan Sandra hari itu. Semua menganggap Sandra sangat jahat. Apalagi kata-kata pedasnya yang menusuk hati.
Saat istirahat, Hillary tampak aneh. Matanya merah. Bibirnya membiru. Dia juga tidak menyendok sedikitpun makan siangnya. Padahal, menu makan siang di katering sekolah adalah mi italia atau spageti lho! Itu kan kesukaan Hillary. Tapi, dia tidak bersemangat.
"Are you ok, Hillary?" tanyaku memastikan.
"I 'm ... i ;m ... i 'm ok Alexa," jawabnya terbata-bata.
"Ya sudah, kamu makan ya!" jawabku. Alexa mengangguk tak bersemangat.
Aku harap, dia tidak apa-apa dan masuk les nanti, kataku. Ya, Alexa dan aku memang sama-sama mengikuti les piano.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar