Ini cerpen
battle dengan Nadia Rasendria. Maaf ya Nad, aku enggak bisa yang cerpen
perpisahan
ini saja ya ?
semoga kalian suka
`````````````
Matahari
bersinar terik. Gadis itu membuka mata perlahan melirik jam. 08.20! Dia telat 1
jam! Oh! Tidak! Gadis itu segera mandi buru-buru dan memakai seragam. Dia
segera berangkat.
“Uh, pelajaran
pertama Bu Layla, pasti kena marah,” katanya.
Sesampainya di
sekolah, benar saja, Bu Layla yang se-killer buaya itu menghukumnya.
“Kamu sudah
sering terlambat! Saya minta kamu mengubah perilakumu! Sebelumnya, kamu saya
hukum! Sekarang, kamu bersihkan toilet!” suruh Bu Layla.
“Apa Bu? Ibu
killer banget ya!” kata gadis itu.
“Apa? kamu
membantah saya? Oke, hukuman kamu ditambah membersihkan gudang!” kata Bu Layla.
“Uh, iya bu,”
jawabnya. Dia segera membersihkan toilet.
“Huh! Bu Layla
nyebelin banget sih! Seharusnya Bu Layla dikeluarin aja. Killer banget!!”
sahutnya sambil menguras bak mandi.
Tiba-tiba,
datang seseorang. Musuh besarnya ke toilet.
“Idiw ...
toiletnya kotor banget sih! Yang bersihin juga enggak becus bersihinnya! Tapi,
gayanya oke banget bersihin. Kayaknya cocok jadi pembantuku deh. Eh, CHIKA,
nanti jangan lupa ya kamu ngebersihin toilet dirumahku!” kata anak itu pedas.
“Hah? Bersihin
rumah kamu? SORI YA. aku enggak punya waktu!” cibirnya.
“Huh, kamu sok
belagu!” ucapnya pergi. “Rasain aja hukuman dari Bu Layla!”
Chika hanya
diam. Ya, gadis yang pembuat onar, bandel,dan sering kena hukum itu bernama
CHIKA. Lengkapnya Chika Raudalina. Dia kelas V SD di SDIT At-Taqwa. Walau
sekolah di SDIT, perilakunya tak berubah. Dia sendiri tak tau kenapa dia tidak
bisa merubah sifatnya.
Gadis kaya yang
mencemooh Chika tadi bernama Soraya Adilla Terry. Panggilannya Soraya. Dia anak
Pak Garuda, pemilik yayasan SDIT At-Taqwa.
Setelah menjalani
hukuman, Chika mengendap-endap ke ruangan guru. Dia mengambil map berisi
dokumen-dokumen Bu Layla. Katanya, nanti ada pengumpulan dokumen. Bu Layla
pasti tidak bisa mengumpulkannya.
Rasakan itu! Batin Chika. Astagfirullahalazim,
teman-teman, jangan pada ditiru ya.
Chika pun
mengendap-endap menaruhnya di tas sekolahnya. Lalu ikut pelajaran.
DIPERCEPAT
Pulang sekolah,
Chika pergi ke kantin.
“Bu, pesan es
cendol ya!” kata Chika. Itu memang menu kesukaan Chika di kantin.
“Ini dek, tiga
ribu ya,” Chika membayar. Samar-samar, Chika mendengar suara Bu Kepala Sekolah
atau Bu Wati dengan Bu Layla.
“Saya tidak mau
tau, kalau sampai satu jam ini dokumen anda tidak ada di saya, saya akan
mengeluarkan anda dari sekolah ini!” kata Bu Wati keras.
“Tapi Bu ...
saya sudah menyimpannya di tas. Lagipula, tidak mungkin saya lupa membawanya. Bukannya
tadi pagi ibu sudah melihatnya dokumen itu di tas?” kata Bu Layla menenangkan Bu Wati.
“Tapi saya butuh
sekarang! Bukan tadi!” kata Bu Wati. “Saya tidak mau tau! Kalau sampai 1 jam
saya kembali dokumen dan map itu tidak ada, lihat saja akhirnya!”
Bu layla terdiam.
Terduduk di salah satu kursi kantin. Chika yang mendengarnya tersentak. Dia merasa
bersalah mencuri dokumen tersebut. Memang dia sebal dengan perlakuan Bu Layla
padanya tadi dan sakit hati. Tapi, jika Bu Layla dikeluarkan? Bu Layla pasti
lebih sakit hati darinya. A ... apa? bu
Layla? Dokumennya? Chika seakan
tidak percaya dengan kabar yang didengarnya.
“Bu ... bbbuuu
... Layla,” kata Chika pelan.
“Ada apa Nak?”
tanya Bu Layla. Dia bersikap lembut.
“Say ... saya
mau ngomong. Tap ... tapi ibu janji jang ... jangan marah,” Chika terbata.
“Janji,” jawab
bu Layla.
“Say ... sayya
... yyyyyaaaangg ... mennnn ... mencuri map berisi dok ... dokkumen ibbuu...
maaaffkannn sayyyyaaa bu, saayyyyaaa mmmmeeemmaangg keterlllaluaaan,” kata
Chika sambil sesenggukan menangis.
Bu Layla kaget. Chika
yakin dia akan dimarahi. Tapi? Apa
benar?
“Tidak apa-apa
Chika,” Bu Layla mengelus kepala Chika. “Sekarang ibu minta mapnya,”
“Sebentar Bu!”
Chika mengambilnya di tas. “Maafkan saya ya Bu?”
“Iya, ibu
maafkan. Tapi ada satu syarat,”
Chika tersentak.
“Saya akan melakukan apapun! Apapun syaratnya Bu!”
Bu Layla
tersenyum. “Ibu ingin kamu sekarang menjadi anak yang baik hati, tidak bandel,
memperhatikan pelajaran.”
“Ibu yakin!?”
kata Chika kaget. “Saya akan melakukannya Bu. Tapi saya tidak tau caranya,”
Bu Layla
tersenyum. “Bagaimana kalau belajar dengan ibu mulai nanti sore? Besok kamu
juga harus bangun pagi-pagi tidak terlambat! rajin belajar, tidak bandel, dan
memperhatikan pelajaran!”
“Baik Bu,” jawab
Chika menurut.
PERCEPAT
Hari-hari
dilewati Chika dengan senyuman. Dia menjadi murid yang cerdas. hari itu ulangan
harian dari Bu Layla dimulai. Pelajarannya Matematika. Chika yakin bisa. Ternyata
dia mendapat nilai yang cukup memuaskan. 93. Cukup untuk anak yang telah
berubah perangainya seperti Chika.
Anak-anak mulai
berteman dengan Chika. Saat ujian kenaikan kelas, Chika yakin bisa
mengerjakannya. Dia dengan teliti mengerjakan.
Pembagian rapor
...
“Kelas V-A,
juara pertamanya ... Adinda! Juara dua adalah ... Maya! Dan juara tiga adalah
Chika!” kata Bu Layla. Chika senang sekali. Semua melongo, anak yang sering
kena hukum, pembuat onar, dan suka iseng itu mendapat 3 besar? Hebat!
“Ng ... Chika,”
Soraya menyenggol pundak Chika.
“Ada apa?” tanya
Chika tersenyum.
“Maafkan aku
dulu suka mengejekmu. Sekarang peringkatku dibawahmu. Aku menyesal, aku ingin
menjadi temanmu!” ucap Soraya jujur.
“Ya, aku
menerima permohonan maafmu Soraya, sekarang kita berteman!” keduanya
berpelukan.
``````````TAMAT``````````
Jelek ya? Maaf ya! Ini buru-buru banget buatnya! Maaf ya
... L
kalau ada kritik, saran, atau komen, silakan buat di ChatBox atau comment saja
demi karya-karyaku selanjutnya! Terimakasih!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar